Tuesday, 30 July 2019

Mengkritisi Media Layak Anak


Dunia anak-anak jaman now tak sesederhana jaman waktu dulu. Sekitar tahun 1980an anak lebih suka mengeksplore lingkungan, lebih senang berpetualang. Seiring perkembangan teknologi jaman sudah berubah. Kini  anak-anak disibukkan dengan gadget, televisi, game, dll. Yang kesemuanya ini menggantikan wahana permainan 30 tahun lalu. 


Perkembangan teknologi telah berimbas pada perkembangan generasi masa kini. Mudahnya akses media sosial membawa dampak pada kebiasaan/habit dan pola pikir anak. Berdampak positif jika isi dari media tersebut bagus sesuai usia perkembangan anak, tetapi berdampak buruk jika isi dari media tidak sesuai perkembangan usia anak.

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menilai internet di Indonesia belum layak anak. Karena masih ada iklan rokok yang bisa dilihat anak-anak. Saat ini Kementrian Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak sedang dalam proses mewujudkan internet layak anak. Salah satunya dengan memberi edukasi kepada pihak-pihak yang terlibat di internet tentang perlindungan anak. Dewan pers pun kemudian menerbitkan peraturan tentang pedoman pemberitaan ramah anak. Kementrian tersebut secara prinsip mendukung pemblokiran iklan rokok. Kemenkes Nila Moeloek juga menyatakan keseriusannya untuk memblokir iklan rokok guna mencegah jumlah perokok yang mulai menyasar anak-anak. Kemenkes kemudian melayangkan surat kepada Kemeninfo untuk berkenan melakukan pemblokiran iklan rokok khusus pada anak-anak dan remaja (antaranews.com). 

Sebenarnya bahaya internet bagi anak bukan sekedar karena iklan rokok. Tapi konten sipilis  (sekuler, pruralisme, liberalisme), pornografi, dan syirik. Itulah yang memberikan pengaruh buruk pada pemikiran anak dan remaja. Banyak tontonan di televisi maupun di internet yang mengarah pada liberalisasi budaya, gambaran hedonisme bahkan sampai pornografi. Menilik tontonan film kartun, film, sinetron, dan juga iklan pun faktanya masih banyak yang tak layak bagi anak.

Internet dan media elektronik yang layak anak akan sulit diwujudkan sepanjang negara mempertahankan paradigma sekuler yang tak mengenal haram halal dan menjauhkan peran agama. Maka solusi yang diberikan belum bisa tuntas,  sekedar tambah sulam saja.  Wajarlah jika negara kita tidak memiliki aturan yang bisa memberikan solusi tayangan yang layak bagi anak.  Perlu disadari bahwa seharusnya bukan hanya iklan rokok saja yang menjadi fokus Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, tapi lebih penting lagi fokus pada apa yang akan berpengaruh pada pemikiran mereka.

Untuk menciptakan generasi yang unggul, maka negara harus memiliki media yang bisa mencerdaskan generasi.  Seperti yang dilakukan Daulah Khilafah yang memberikan media informasi warganya yang tidak bertentangan dengan syariat Islam. Media informasi  di masa Daulah Khilafah membina kepribadian masyarakat sehingga terdorong untuk hidup dengan menjadikan syariah Islam sebagai tolok ukur dalam kehidupannya. Masyarakat menjadi tahu mana yang baik dan benar serta terhindar dari pengaruh budaya, pemikiran, dan gaya hidup yang tidak Islami. Daulah akan memberikan tayangan yang selalu mengedukasi warganya sehingga tayangan yang ada baik internet maupun media lainnya selalu berisikan konten-konten yang mendidik.

Oleh: Meitya Rahma (Pemerhati Generasi)

No comments:

Post a Comment