Bagaimanakah
keadaan realitas kita dewasa ini?. Coba kita kembali perhatikan hadis panjang
dari Nabi yang membicarakan persoalan, ”Ringkasan Sejarah Ummat Islam di Akhir
Zaman.”
“Muncul babak Kenabian di tengah
kalian selama masa yang Alloh kehendaki, kemudian Alloh mencabutnya ketika Alloh
menghendakinya. Kemudian muncul babak Kekhalifahan mengikuti manhaj
(cara/metode/sistem) Kenabian selama masa yang Alloh kehendaki, kemudian Alloh
mencabutnya ketika Alloh menghendakinya. Kemudian muncul babak Raja-raja yang
menggigit selama masa yang Alloh kehendaki, kemudian Alloh mencabutnya ketika
Alloh menghendakinya. Kemudian muncul babak Penguasa-penguasa yang memaksakan
kehendak selama masa yang Alloh kehendaki, kemudian Alloh mencabutnya
ketika Alloh menghendakinya. Kemudian muncul babak Kekhalifahan mengikuti
manhaj (cara/metode/sistem) Kenabian. Kemudian Nabi diam.” (Hadis Riwayat
Ahmad.
Babak
pertama adalah Kenabian.
Di babak ini
ummat Islam mengalami perjuangan selama 13 tahun sewaktu di Mekkah sebelum
hijrah ke Madinah di bawah kepemimpinan orang-orang kafir
dan 10 tahun berjuang di Madinah sesudah hijrah dari Mekkah di bawah
kepemimpinan Nabi Muhammad yang memimpin masyarakat langsung di bawah
bimbingan Alloh melalui Kitabulloh Al-Qur’an.
Jadi di
babak pertama perjalanan sejarah ummat Islam terjadi dua kondisi yang sangat
berbeda. Pada paruh pertama Nabi dan para sahabat mengalami keadaan dimana yang
memimpin ialah kaum kafir musyrik. Sehingga generasi awal ummat ini mengalami
kekalahan yang menuntut kesabaran luar biasa untuk bisa bertahan menghadapi
kejahiliyahan yang berlaku.
Namun pada paruh
kedua babak pertama ini, sesudah hijrah ke Madinah, kaum muslimin justru
semakin hari semakin kokoh kedudukannya sehingga Alloh taqdirkan mereka
menikmati kejayaan di tengah masyarakat jazirah Arab. Sehingga kaum musyrik
Arab pada masa itu akhirnya harus tunduk kepada kepemimpinan orang-orang
beriman.
Babak kedua yaitu
Kekhalifahan mengikuti manhaj (cara/metode/sistem) Kenabian.
Di babak ini
ummat Islam menikmati 30 tahun kepemimpinan para Khulafa Ar-Rasyidin, terdiri
dari para sahabat utama yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin
Khottob, Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Sepanjang babak ini
bisa dikatakan ummat Islam mengalami masa kejayaan, walaupun sejarah mencatat
pada masa kepemimpinan khalifah Ustman dan Ali sudah mulai muncul gejala pergolakan
sosial-politik di tengah masyarakat yang mereka pimpin. Namun secara umum bisa
dikatakan bahwa orang-orang berimanlah yang memimpin masyarakat. Orang-orang
kafir dan musyrikin tidak diberi kesempatan untuk berjaya sedikitpun. Hukum
Alloh tegak dan hukum jahiliyah buatan manusia tidak berlaku.
Babak ketiga
yaitu masa Raja-raja yang Menggigit.
Di babak ini
ummat Islam menikmati selama 13 abad kepemimpinan orang orang beriman. Para
pemimpin pada masa ini dijuluki khalifah. Sistem sosial dan politik yang
berlaku disebut Khilafah Islamiyah berdasarkan hukum Al-Quran dan
As-Sunnah An-Nabawiyyah. Namun mengapa Nabi menyebutnya sebagai babak
para raja-raja?, Karena bila seorang kholifah wafat maka yang menggantinya
mesti anak keturunannya. Demikian seterusnya. Ini berlaku baik pada masa
kepemimpinan Daulah Bani Umayyah, Daulah Bani Abbasiyah maupun Kesultanan
Usmani Turki.
Walaupun
demikian, ummat Islam masih bisa dikatakan mengalami masa kejayaan, karena para
Khalifah di babak ketiga merupakan Raja-raja yang Menggigit, artinya masih
”menggigit” Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tentunya tidak sama baiknya dengan kepemimpinan
para Khulafa Ar-Rasyidin sebelumnya yang masih ”menggenggam” Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Ibarat mendaki bukit, tentulah lebih aman dan pasti bila talinya
digenggam daripada digigit. Tapi secara umum di babak ketiga ini Hukum Alloh
tegak dan hukum jahiliyah buatan manusia tidak berlaku.
Babak keempat
yaitu masa Raja-raja yang Memaksakan kehendak, (diktator).
Sesudah
berlalunya babak ketiga di tahun 1924, mulailah ummat Islam menjalani babak
dimana yang memimpin adalah Penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak. Inilah
babak dimana kita hidup dewasa ini. Kita saksikan bahwa para penguasa di era
modern memimpin dengan memaksakan kehendak mereka sambil mengesampingkan dan
mengabaikan kehendak Alloh dan RosulNya. Entah disebut republik maupun
kerajaan, suatu hal yang pasti ialah semuanya berkuasa tidak dengan
mengembalikan urusan kehidupan sosial bermasyarakat dan bernegara kepada hukum
Al-Qur’an dan As-Sunnah An-Nabawiyyah. Manusia dipaksa tunduk kepada sesama
manusia dengan memberlakukan hukum buatan manusia yang penuh keterbatasan seraya
mengabaikan hukum Alloh Yang Maha Adil. Hukum jahiliyah buatan manusia diberlakukan
dan tegak dimana-mana sedangkan hukum Alloh dikesampingkan sehingga tidak
berlaku.
Maka kita
bisa simpulkan bahwa babak keempat merupakan babak kemenangan bagi kaum kafir
dan kekalahan bagi orang-orang beriman. Inilah babak yang paling mirip dengan
babak pertama paruh pertama di mana Nabi dan para sahabat berjuang di Mekkah
sementara kekuasaan jahiliyah kaum kafir musyrik mendominasi di tengah
masyarakat. Ummat Islam sudah menjalani babak keempat ini selama 85 tahun sejak
runtuhnya Khilafah Islamiyyah terakhir. Ini merupakan era paling kelam
dalam sejarah Islam di Akhir zaman. Laa khaula wa laa quwwata illa billah.
Babak kelima
adalah Kekhalifahan yang mengikuti manhaj (cara/metode/sistem) Kenabian.
Betapapun
dewasa ini ummat Islam sedang mengalami kekalahan dan kaum kafir mengalami
kejayaan, namun kita wajib optimis dan tidak berputus-asa. Karena dalam hadits
ini Nabi mengisyaratkan bahwa sesudah babak kekalahan ummat Islam akan datang
babak kejayaan kembali yaitu babak kelima dimana bakal tegak kembali
kepemimpinan oramg orang beriman dalam bentuk Kekhalifahan
mengikuti manhaj (cara/metode/sistem) Kenabian.
Saudaraku,
pastikan diri kita termasuk ke dalam barisan ummat Islam yang sibuk
mengupayakan tegaknya babak kelima tersebut. Jangan hendaknya kita malah
terlibat dalam berbagai program dan aktifitas yang justru melestarikan babak
keempat alias babak kepemimpinan kaum kuffar di era modern ini. Yakinlah bahwa
ada Sunnatu Attadawul, (Sunnatullah dalam hal Pergantian Giliran
Kepemimpinan). Bila kepemimpinan kaum kuffar dewasa ini terasa begitu hegemonik
dan menyakitkan, ingatlah selalu bahwa di dunia ini tidak ada perkara yang
lestari dan abadi. Semua bakal silih berganti.
“Ya Rabb
kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan
tolonglah kami terhadap orang-orang kafir”. (Quran Al-Baqoroh ayat 250).
No comments:
Post a Comment