Bangganya
jadi perempuan. Selain mothers Day, perempuan diberikan penghargaan sebuah hari
perempuan internasional. Tanggal 8 Maret adalah hari spesial bagi perempuan di
seluruh dunia. Peringatan International Womens day tahun ini mengambil tema "balance
for better". Situs resmi International
womens Day mengangkat tema tersebut karena pada tahun 2019 ini ditujukan untuk kesetaraan
gender. Mereka beranggapan belum terjadi
kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan (Dunia kerja, gaji, dll), adanya diskriminasi
dan memastikan semua adil dan seimbang dalam semua aspek (detik.com/wolipop), Sampai
tahun ini, ada beberapa program kesetaraan gender ini yang sudah terlaksana.
Diantaranya, kesempatan berpolitik dan Urusan negara. Dengan kuota untuk perempuan
menduduki parlemen dan jabatan strategis untuk negara, seperti Sri Mulyani
sebagai menteri keuangan dan Susi Puji Astuti sebagai menteri kelautan. Kesempatan
dalam dunia pekerjaan, Kebebasan berkarya dan berekspresi juga sudah tercapai
walaupun belum maksimal. Perlindungan dan kenyamanan, dengan meminimalisir
KDRT, pelecehan seksual yang sudah dibuat UU nya tetapi belum bisa tuntas.
Agenda-agenda dan payung hukum yang dirancang atas
nama kesetaraan gender ternyata belum mampu memberikan solusi masalah
perempuan. Kasus pelecehan seksual,
kasus KDRT belum bisa selesai
walaupun ada payung hukumnya. Kebebasan berkarya dan berekspresi menjadikan
perempuan hanya menjadi obyek eksploitasi. Karena sebenarnya perempuan menjadi target
produksi di era Kapitalis seperti sekarang ini. Kesempatan perempuan untuk duduk
di ranah politik dan kenegaraan juga belum memberikan pengaruh yang signifikan untuk
menciptakan kebijakan kebijakan yang berpihak pada kaum hawa ini.
Pada
peringatan International womens day ini jargon "balance for better"
tidak terdengar cukup indah. Karena melihat ide kesetaraan gender yang bertahun
tahun dikampanyekan tidak bisa menyelesaikan permasalahan perempuan dari semua
aspek. Ide kesetaraan gender ala ideologi Kapitalis sekuler adalah pemberdayaan
perempuan dari aspek materi, targetnya adalah menjadikan perempuan sebagai faktor
produksi berharga murah, sekaligus menjadi target pasar. Berbeda dengan Islam, yang mengartikan
kesetaraan gender sebagai mensejajarkan derajat laki laki dan perempuan pada
ketaatan mereka terhadap aturan Allah, bukan pada bentuk dan fungsi peran. Pemberdayaan
perempuan dengan optimalisasi peran dan
fungsinya sebagai ummu wa rabatul betul bayt (ibu sebagai pengatur rumah
tangga) yang nantinya menjadi pencetak generasi cemerlang pengokoh peradaban
Islam. Fungsi perempuan ini hanya bisa optimal hanya dengan penerapan syariat
Islam Kafah. Terterapkannya syariah Islam secara otomatis akan memberi sarana
terwujudnya kemuliaan pada perempuan.
No comments:
Post a Comment