Hajatan pemilu selalu terjadi sepanjang waktu dengan biaya
yang tentunya tidak sedikit, baik biaya yang dikeluarkan oleh negara maupun
biaya yang dikeluarkan dari kantong pribadi calon. Hal ini menjadi proses yang
lumrah dalam sistem demokrasi yang dianut oleh indonesia sebagai sistem politik
dalam setiap pergantian kekuasaan. Dengan sistem politik biaya tinggi yang bermasalah
yang sering menghasilkan pemimpin yang korup. Bagaimana dengan jenis pemilih yang ada di masyarakat selama ini dalam setiap pemilu yang terjadi, berikut jenis pemilih yang akan kita jelaskan disini yang harus kita ketahui.
Ada setidaknya 3 macam pemilih yang muncul dari realitas pemilu yang selama ini terjadi yaitu pemilih biasa, pemilih cerdas
dan pemilih mustanir/cemerlang.
Pemilih biasa
Pemilih biasa, tipe pemilih biasa menjadi jumlah yang
terbanyak yang ada di masyarakat. Ciri dari pemilih tipe ini adalah memilih
berdasarkan landasan materi. Mereka memilih karena ada imbalan materi yang akan
ia dapatkan ketika memilih calon tertentu tanpa melihat bagaimana kompetensi
dari calon yang dipilih. Bentuknya bermacam ada imbalan uang yang langsung
diberikan ke pada setiap person, ada imbalan yang diberikan langsung dalam
bentuk bantuan pembangunan, pemberdayaan, dsbnya melalui lembaga rt, rw,
karangtaruna, dll.
Tipe pemilih biasa seperti ini biasanya akan menghasilkan
calon pemimpin yang tidak amanah yang sangat rentan terseret kasus korupsi. Dengan
modal besar yang dikeluarkan melalui kantong pribadi, mereka hanya akan
berfokus pada pengembalian modal yang telah dikeluarkan selama kampanye. Jika mereka
mendapat suntikan dana dari pihak luar seperti para pemodal besar, maka mereka
akan mudah dikendalikan oleh sang pemodal dengan imbalan politik yang tentu
harus sejalan untuk memuluskan kebijakan atau proyek yang menguntungkan mereka.
Tipe pemilih biasa ini menjadi yang terbayak dan menghasilkan para pembuat
kebijakan atau penguasa yang tidak amanah.
Berikutnya tipe pemilih cerdas
Tipe pemilih cerdas menjadi jumlah yang lebih sedikit dari
pemilih biasa. Ciri utama dari pemilih cerdas ini adalah mereka memilih
berdasarkan kompetensi calon yang akan dipilih. Mereka lebih melihat kepada
program dan kebijakan yang akan dijalankan oleh calon yang akan dipilihnya. Melihat
dari ciri utama ini tentu jumlahnya sangat sedikit dan jarang di masyarakat. Mereka
biasanya dari kalangan akademisi yang sudah mapan dan memiliki penilaian
tersendiri dalam memilih calonya. Mereka biasanya sudah tidak bermasalah dari
segi materi sehingga iming-iming imbalan materi tidak berlaku bagi mereka.
Tipe pemilih cerdas cenderung akan menghasilkan tipe
pemimpin yang amanah, karena mereka dalam mencapai tujuanya mengunakan
cara-cara cerdas dengan hanya memaparkan program kebijakan yang akan
dijalankanya ketika mereka nanti terpilih. Mereka tidak akan menggunakan
politik uang yang merupakan cara instan untuk mendapat suara dukungan. Jumlah pemimpin
yang dhasilkan oleh pemilih cerdas sangat sedikit bahkan hampir mustahil
terjadi, karena suara mayoritas sudah dikuasai oleh para pemilih biasa. Namun mereka
masih rentan untuk tidak independent jika modal kampanye yang didapatkan mereka
peroleh dari para pemilik modal.
Mereka juga tidak dapat menjalankan secara menyeluruh setiap
program yang dijanjikan dengan perubahan yang menyeluruh karena masih terikat
dengan sistem yang melingkupinya yaitu sistem politik demokrasi. Sebagai contoh
sedrhana ketika mereka memiliki program untuk memberantas miras yang menjadi
pangkal kejahatan, mereka tidak akan sepenuhnya bisa terlaksana, karena sistem
memang tidak melarang peredaran miras tapi hanya mengaturnya saja. Miras dengan
kadar alkohol tertentu hanya boleh dijual di tempat tertentu, intinya miras
tetap akan ada dan tidak mungkin dilarang secara total.
Ketiga adalah pemilih mustanir/cemerlang.
Pemilih mustanir/cemerlang menjadi jumlah yang lebih sedikit
lagi. Mereka memiliki ciri utama memilih berdasarkan ikatan halal dan haram. Mereka
adalah orang yang melampoui para pemilih cerdas yang tidak hanya melihat
program dan kegiatan yang akan ditawarkan apalagi materi. Mereka memilih karena
ikatan hukum syara, setiap tindakan yang akan dilakukan termasuk memilih
pemimpin mereka hanya mendasarkanya pada hukum syara islam. Mereka tidak hanya
menilai siapa sosok pemimpin tersebut apakah memenuhi kriteria berdasarkan
kebolehan pemimpin dalam islam, melainkan juga melihat sistem politik yang
sedang dijalankan apakah tidak bertentangan dengan islam. Karena pemimpim dan
sistem yang melingkupinya bagi mereka ibarat dua sisi mata uang yang tidak
mungkin dipisahkan. Pemimpin ibarat penjaga dan sistem ibarat pondasi, sesuatu
tanpa pondasi akan roboh dan sesuatu tanpa penjaga akan hilang.
Pemilih mustanir/cemerlang semacam ini akan menghasilkan
sosok pemimpin yang amanah dan mampu merubah keadaan secara sempurna. Pemimpin
ini akan seiring sejalan dengan pribadi yang bertaqwa dan sistem islam yang
melingkupinya. Sistem Islam bagi pemimpin ini adalah solusi berbagai macam
permasalahan dalam kehidupan karena mampu melahirkan sistem politik islam,
sistem ekonomi islam, sistem hukum islam, sistem pendidikan islam dan
seterusnya. Ditangan pemimpin seperti ini perubahan hakiki akan terwujud dan
keberkaan dari Allah SWT akan diturunkan dari langit dan bumi. Pemimpin seperti
ini hanya akan muncul oleh mereka para pemilih yang mustanir/cemerlang. Keberadaan
para pemilih seperti ini hanya akan memilih jika para calon mau menerapkan
sistem islam sebagai solusi atas berbagai permasalahan kehidupan.
Jika di perkirakan prosentase jumlah pemilih dengan tipe pemilih
biasa 60%, pemilih cerdas 30%, pemilih mustanir/cemerlang 10%. Jika ingin
terjadi perubahan yang menyeluruh maka kemunculan pemilih mustanir harus
ditingkatkan. Dari menjadi pemilih biasa, meningkat menjadi pemilih cerdas dan
akhirnya menjadi pemilih yang mustanir/cemerlang. Maka perubahan yang
menyeluruh dan hakiki akan tyerwujud dengan memunculkan pemimpin yang amanah
dan hanya berdasar kebijakanya pada hukum syara.
No comments:
Post a Comment