Program pencabutan subsidi BBM
merupakan bagian dari agenda untuk mensukseskan penguasaan sektor hilir migas
ini. Dengan dicabutnya subsidi maka harga akan diberikan kepada mekanisme
pasar, sehingga harga BBM yang saat ini diberlakukan oleh Pertamina semisal
premium diharapkan tidak terpaut jauh atau bahkan sama dengan harga yang dijual
oleh SPBU Swasta.
Peluncuran produk baru dari Pertamina
yaitu Pertalite yang dikatakan beroktan 90 lebih tinggi dari premium sehingga
memiliki performa lebih bagus bisa dianalisa juga bagian dari program
liberalisasi sektor hilir migas. Bagaimana tidak pertaline akan dijual sesuai
dengan harga pasar tanpa subsidi oleh Pertamina, sehingga harga jual tidak akan
terlampau jauh dari bensin yang dijual oleh SPBU swasta atau bahkan hampir
sama.
Dengan harga premium saat ini sebesar Rp 7.400,- dan sementara harga BBM terendah saat ini dari SPBU asing seperti SPBU milik PT Shell Indonesia asal Belanda membandrol BBM jenis Super di harga Rp 9.750 per liter dan Perusahaan minyak asal Perancis juga membandrol BBM jenis Performance 92 di harga Rp 9.750 per liter, maka walaupun premium sudah tidak disubsidi lagi masih ada selisih atau perbedaan yang cukup signifikan sebesar Rp 2.350,- yang membuat masyarakat mayoritas masih menggunakan premium dibandingkan dengan produk SPBU asing.
Dengan munculnya Pertalite, maka selisih harga dengan SPBU asing itu tidak akan terlampau jauh. Sehingga masyarakat tidak akan segan lagi untuk mulai menjadi konsumen dari produk mereka.
Sekarang tinggal kita buktikan kedepan, jika premium nanti benar2 akan dihilangkan secara total dan digantikan pertaline ini, maka analisa ini benar adanya. Jadi jangan heran jika kedepan akan banyak dijumpai SPBU asing selain pertamina akan menjamur secara merata di seluruh pelosok tanah air. Yang berarti sempurnalah liberalisasi migas ini dari hulu sampai hilir. Kemandirian ekonomi negeri ini hanya akan menjadi slogan kosong dan rakyat akan semakin tetap merana
Penulis : stono
No comments:
Post a Comment