Monday, 17 August 2015

Analisa kedepan dibalik peluncuran Pertalite




 Peluncuran Pertalite diduga kuat adalah upaya secara bertahap untuk menghapuskan premium, sehingga tidak lagi terdapat selisih harga yang signifikan

Setelah sukses liberalisasi migas disektor hulu dengan dikuasainya hampir sebagian besar tambang-2 migas oleh korporasi swasta khususnya asing. Kini sektor hilir pun juga tidak luput dari incaran. Perlu diketahui sektor hulu adalah bagian ekplorasi & eksploitasi migas, sedang sektor hilir adalah bagian eceran penjualan migas. Sehingga lengkaplah sudah rencana penguasaan migas saat ini oleh mereka.

Program pencabutan subsidi BBM merupakan bagian dari agenda untuk mensukseskan penguasaan sektor hilir migas ini. Dengan dicabutnya subsidi maka harga akan diberikan kepada mekanisme pasar, sehingga harga BBM yang saat ini diberlakukan oleh Pertamina semisal premium diharapkan tidak terpaut jauh atau bahkan sama dengan harga yang dijual oleh SPBU Swasta.

Peluncuran produk baru dari Pertamina yaitu Pertalite yang dikatakan beroktan 90 lebih tinggi dari premium sehingga memiliki performa lebih bagus bisa dianalisa juga bagian dari program liberalisasi sektor hilir migas. Bagaimana tidak pertaline akan dijual sesuai dengan harga pasar tanpa subsidi oleh Pertamina, sehingga harga jual tidak akan terlampau jauh dari bensin yang dijual oleh SPBU swasta atau bahkan hampir sama.

Meskipun Pertamina berulang kali mengatakan bahwa premium tetap akan ada, namun tidak dapat dipungkiri kemungkinan dihilangkannya secara perlahan premium ini tetap ada. Perlu diketahui Pertalite saat ini dijual dengan harga Rp. 8.400 lebih rendah dari harga jual yang seharusnya yaitu Rp.8.700 – 8.900. Menurut Direktur Pemasaran PT Pertamina, harga ini baru promosi.

Dengan  harga premium saat ini sebesar Rp 7.400,- dan sementara  harga BBM terendah saat ini dari SPBU asing seperti SPBU milik PT Shell Indonesia asal Belanda membandrol BBM jenis Super di harga Rp 9.750 per liter dan Perusahaan minyak asal Perancis juga  membandrol BBM jenis Performance 92 di harga Rp 9.750 per liter, maka   walaupun premium sudah tidak disubsidi lagi  masih ada selisih atau perbedaan yang cukup signifikan sebesar Rp 2.350,- yang membuat masyarakat mayoritas masih menggunakan premium dibandingkan dengan produk SPBU asing.

Dengan munculnya Pertalite, maka selisih harga dengan SPBU asing itu tidak akan terlampau jauh. Sehingga masyarakat tidak akan segan lagi untuk mulai menjadi konsumen dari produk mereka.
Sekarang tinggal kita buktikan kedepan, jika premium nanti benar2 akan dihilangkan secara total dan digantikan pertaline ini, maka analisa ini benar adanya. Jadi jangan heran jika kedepan akan banyak dijumpai SPBU asing selain pertamina akan menjamur secara merata di seluruh pelosok tanah air. Yang berarti sempurnalah liberalisasi migas ini dari hulu sampai hilir. Kemandirian ekonomi negeri ini hanya akan menjadi slogan kosong dan rakyat akan semakin tetap merana

Penulis : stono

No comments:

Post a Comment