Wednesday, 26 October 2016

Meluruskan istilah satrio piningit atau ratu adil



Istilah satrio piningit atau ratu adil sangat erat kaitanya dengan ramalan joyoboyo atau prabu siliwangi maupun ronggowarsito. Di jelaskan akan munculnya sosok ratu adil yang akan membawa nusantara menjadi aman sejahtera. Kemunculanya diiringi dengan munculnya goro goro besar dan kerusakan umat manusia yang sudah terlewat batas.


Sebagai seorang muslim dalam menyikapi hal tersebut wajib untuk tidak terikat selain dari dalil-dalil yang pasti benar yaitu quran dan hadis nabi. Kita tidak boleh mempercayai segala ramalan masa depan  yang bersumber selain dari quran dan hadis nabi, termasuk dengan kondisi masa depan dan sosok yang dikabarkan mampu membawa perubahan hakiki.


Mengenai kondisi maju mundurnya umat islam, dalam hadis nabi sudah secara gamblang mengambarkan kondisi saat ini, seperti dalam hadis riwayat ahmad berikut ini



Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” Beliau kemudian diam. (Hadis Ahmad dan al Bazar)



Sanad Hadits

Imam Ahmad menerimanya dari Sulaiman bin Dawud ath-Thuyalisi dari Dawud bin Ibrahim al-Wasithi dari Habib bin Salim dari an-Nu‘man bin Basyir. Ia berkata:

Kami sedang duduk di masjid bersama Rasulullah saw. Basyir adalah orang yang hati-hati dalm berbicara. Lalu datang Abu Tsa‘labah al-Khusyani. Ia berkata, “Wahai Basyir bin Saad, apakah engkau hapal hadis Rasulullah saw. tentang para pemimpin?”

Hudzaifah berkata, “Aku hapal khutbah beliau.”

Lalu Abu Tsa‘labah duduk dan Hudzaifah berkata, “Rasululah saw. bersabda: (sesuai dengan matan hadis di atas.


Makna dan Faedah

Hadis ini memberitahukan lima periode perjalanan kaum Muslim sejak masa kenabian. Periode pertama adalah periode kenabian.

Periode kedua adalah periode Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Para ulama sepakat bahwa periode Khilafah Rasyidah adalah periode Khilafah yang berjalan di atas manhaj kenabian. Menurut sebagian ulama,

periode ini adalah periode Khulafar Rasyidin sampai periode Khilafah al-Hasan bin Ali. Khilafah Umar bin Abdul Aziz oleh sebagian ulama juga dikategorikan Khilafah Rasyidah sehingga beliau juga dijuluki Khulafaur Rasyidin.

Periode ketiga adalah periode pemerintahan dan kekuasaan yang zalim. Lafal mulk bisa berarti kerajaan, bisa juga al-hukm wa as-sulthân (pemerintahan dan kekuasaan). Lafal mulk dalam hadis ini kurang tepat jika dimaknai kerajaan sebagai sebuah bentuk pemerintahan. Sebab, setelah Khulafaur Rasyidin, bentuk pemerintahan kaum Muslim tidak berubah menjadi kerajaan, tetapi tetap Khilafah. Kepala negara tetap seorang khalifah dan tidak pernah berubah menjadi raja. Ini adalah fakta yang telah disepakati para ulama. As-Suyuthi dalam Tarîkh al-Khulafâ’ berkata, “Aku hanya menyebutkan khalifah yang telah disepakati keabsahan imâmah-nya dan keabsahan akad baiatnya.

Secara faktual, Khilafah terus berlanjut sampai diruntuhkan oleh penjajah Barat tahun 1924 M. Namun, juga disepakati, selama rentang waktu tersebut terjadi penyimpangan dan keburukan penerapan Islam di sana-sini. Jadi, periode tersebut adalah periode pemerintahan dan kekuasaan yang di dalamnya terjadi kazaliman, yaitu peyimpangan dan keburukan penerapan sistem dalam beberapa hal.

Periode selanjutnya adalah periode pemerintahan dan kekuasaan jabbariyah (diktator). Dalam riwayat Abu Tsa‘labah al-Khusyani dari Muadz bin Jabal dan Abu Ubaidah, periode ini digambarkan sebagai periode pemerintahan dan kekuasaan yang sewenang-wenang, durhaka, diktator, dan melampaui batas. Gambaran demikian adalah gambaran pemerintahan dan kekuasaan yang bukan Islam. Periode pasca runtuhnya Khilafah saat ini tampaknya sesuai dengan gambaran tersebut.

Periode terakhir adalah periode kembalinya Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ini merupakan basyârah (berita gembira) akan tegaknya kembali Khilafah setelah keruntuhannya. Makna yang sama juga diriwayatkan dalam banyak riwayat. Jika riwayat ini digabung dengan riwayat lain yang semakna, yaitu riwayat akan masuknya Islam di setiap rumah, hadis al-waraq al-mu’allaq, hadis Khilafah turun di bumi al-Quds, hadis mengenai Dâr ul Islâm kaum Mukmin berpusat di Syam, hadis ‘adl wa al-jur, hadis hijrah setelah hijrah, hadis al-ghuraba’, hadis al-mahdi, dan hadis akan ditaklukkannya Roma, maka makna tersebut bahkan bisa sampai pada tingkat mutawatir.

Periode terakhir ini tentu tidak akan muncul dengan sendirinya. Pastilah ada sekelompok orang yang berusaha untuk mewujudkanya sampai tiba pertolongan Alloh untuk mewujudkanya. Maka dapat di persempit lagi bahwa aktor perubahan yang dimaksud yaitu sosok kholifah, imam mahdi, ratu adil, satrio pinigit atau istilah lainnya pastilah lahir dari kelompok yang berjuang untuk mewujudkan kembali tegaknya khilafah yang mengikuti manhaj kenabian ini. Aktor perubah yang mengerti betul akar masalah dan solusinya. Di saat yang sama telah siap pula kader kader perubah yang siap bergerak merubah keadaan bersamanya. Jika sudah sampai waktunya bisyaroh rosululloh akan kembalinya khilafah rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian ini akan terwujud. Dan Allah pasti akan membukakan berkahnya dari langit dan bumi.

No comments:

Post a Comment